Ah, Aku Ngga Mau Dijdodohkan...
Oke, siapa yang sering bilang begini? wkwk. Masalah pernikahan memang suatu hal yang tak mau dianggap enteng bagi setiap orang, dianggap hal sakral yang hanya di lakukan sekali untuk seumur hidup. Tak mau salah orang, tak mau salah pilih, dan tak mau di pilihkan wkwk. “Bukan zamannya siti nurbaya lagi deh, tak usah lah main jodoh-jodoh an, seperti tidak laku aja anaknya”, Protes mereka.
Orang yang dahulu, dulu sekali, sebelum saya lahir pastinya dong wkwk, lumrahnya semua anak pasti dijodohkan sama orang tuanya, mau perempuan mau laki-laki terserah orang tuanya. Mereka hanya akan mengangguk dan mengiyakan saja, biar tidak kualat seperti maling kundang. Orang dulu banyak yang putus pendidikannya hanya karena ikut orang tuanya bekerja, hanya karena dijidohkan oleh orang tuanya, siap tidak siap harus siap, iya atau tidak, harus iya. Tak perlu jauh-jauh, takdir orang tua saya pun tak luput dari perjodohan.
Perjodohan diistilahkan dengan hidup sama orang yang tidak di cintai ya kan? hehe. Padahal dulunya tidak kenal, eh malah mau tidak mau harus hidup bersama selama-lamanya, atas keinginan orang tua pula. Perjodohan terkenal dengan pemaksaan, padahal sudah punya do’i, eh malah orang tua tidak setuju dan disandingkan dengan pilihannya. Perjodohan identik dengan tidak bahagia, bagaimana tidak? Orang tua dengan se enaknya memerintah anaknya untuk hidup sama orang yang tidak kita suka. Dan banyak sekali persepsi lain tentang jodoh.
Nah, saya punya cerita, tapi namanya di skip ya hehe, jangan jadikan ini sebagai gunjingan, tapi pelajaran. Seseorang pernah cerita sama saya, bahwa dia sudah bertunangan saat MA, dan menikah setelahnya, tentunya dengan pilihan orang tua, bukan kemauannya dan dia tidak suka itu. Di masa tunangan, calonnya itu sering kali ikut keluarga dia ketika mengunjungi ke pondok, dan dia biasanya tidak mau ketemu wkwk, tapi ketika calonnya pamit pulang dan mengasihnya angpau, baru dia mengambilnya, ah dasar hehe. Setelah menikah, hidup rukun dengan satu anak, pernah melahirkan dua kali tetapi sayang anaknya tidak punya kesempatan untuk menglihat dunia ini, innalillahi, alfatihah untuk mereka. Ah, usut punya usut ternyata dia ada main dengan laki-laki lain, alasan klasiknya bisa jadi karena dulu dia tidak suka dijodohkan, karena tidak bisa menyuarakan haknya dan tidak berdaya, dia bales dendam mungkin, kemanalah pikirannya. Lagi, lagi persepsi negatif tentang perjodohan, memang tidak ada sisi positifnya apa?